Baru hari ini obat cacing ini saya cobakan ke kucing-kucing di rumah. Sebelumnya, saya rutin menggunakan obat cacing Drontal. Namun karena jumlah kucing cukup banyak, lama-kelamaan saya mulai berhitung ulang. Dari situlah akhirnya saya sampai pada pilihan obat cacing Alberworm.
Alberworm dikenal sebagai obat cacing spektrum luas. Obat ini dikemas dalam botol plastik berukuran 120 ml, tetapi sayangnya tidak mencantumkan komposisi bahan pada kemasannya. Untuk harga, Alberworm tergolong sangat terjangkau. Saya membelinya secara online dengan harga di bawah Rp30.000. Memang tiap toko memasang harga berbeda-beda, tetapi rata-rata masih di kisaran tersebut.
Dari sisi aturan pakai, dosis yang tertera adalah 2,5 ml untuk setiap 10 kg berat badan. Kita tahu sendiri, kucing jarang sekali mencapai berat 10 kg. Umumnya berat badan kucing dewasa berada di kisaran 4, 5, 6, atau 7 kg. Agar lebih mudah dan akurat, saya menggunakan suntikan 3 ml sebagai alat takar. Untuk kucing dewasa, saya berikan sekitar setengah suntikan, yaitu kurang lebih 1,5 ml per ekor.
Biasanya, saya selalu mengulangi pemberian obat cacing tepat dua minggu setelah dosis pertama. Tujuannya untuk memastikan telur-telur cacing yang mungkin masih tersisa ikut teratasi. Kalau tidak diulang, ada banyak kasus di mana cacing yang sebelumnya masih bertelur kembali menguasai usus kucing. Akibatnya, pengobatan menjadi kurang tuntas dan dalam jangka panjang dikhawatirkan bisa menimbulkan kekebalan pada cacing itu sendiri.
Tentu saja, keputusan untuk mengulang atau tidak kembali ke masing-masing pemilik. Namun dari pengalaman saya, pengulangan dua minggu kemudian memberi hasil yang lebih aman dan optimal. Apalagi jika membayangkan harus memberikan Drontal untuk sekitar 30 ekor kucing dan mengulanginya lagi dua minggu setelahnya, rasanya cukup membuat kantong bolong. Bisa-bisa langsung senyum kecut sambil tertawa sendiri.
Obat Alberworm ini saya berikan sekitar pukul dua siang. Lalu pada malam harinya, sekitar pukul tujuh, kucing-kucing mendapat makan malam seperti biasa. Dari pengamatan sekilas, respons mereka terlihat cukup baik. Nafsu makan tampak lebih lahap dari biasanya. Padahal, sehari-hari mereka memang sudah termasuk doyan makan.
Untuk memastikan apakah benar nafsu makan mereka meningkat, saya sengaja menambahkan porsi makan sekitar setengah dari biasanya. Hasilnya cukup meyakinkan. Dengan kecepatan makan yang sama, porsi yang lebih banyak tetap habis. Bisa dibilang, hasil hari pertama ini “nicely done”. Sejauh pengamatan awal, obatnya tampak bekerja dengan baik.
Besok saya akan melakukan update lanjutan untuk melihat bagaimana dampaknya di hari kedua setelah pemberian obat. Saya akan memperhatikan kondisi umum kucing, nafsu makan, aktivitas, serta perubahan lain yang mungkin muncul.
Catatan penting, tulisan ini murni berdasarkan pengalaman pribadi dan bukan pengganti saran dokter hewan. Setiap kucing memiliki kondisi kesehatan yang berbeda. Jika muncul reaksi yang tidak normal, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga profesional.