banyak bahasan dalam buku yang menjelaskan panjang lebar mengenai budaya menulis di Indonesia tercinta. singkatnya, budaya menulis rendah, karena banyakan manusia Indonesia kaya saya, malas nulis. padahal sebenarnya, argumen tersebut tidak sepenuhnya benar. Niat menulis masyarakat, saya yakin sangat tinggi, tetapi hanya actionnya yang masih perlu di boosting...
setiap menulis, saya selalu mengalami kendala. namanya juga belajar, dari mengalami tantangan, mental block, mood swing, depletion, distraction, semua harus dihadapi. namun, baru baru ini ada info menarik mengenai bagaimana menulis agar terarah, karena pada dasarnya menulis memiliki pola yang sama dengan bahasa bicara maka jika kita mbunded dalam bicara, menulis ikutan mbunded, aish..susah pula itu
Matt Abrahams, profeessor business dari stanford (kayaknya) menjelaskan bagaimana agar kita jadi komunikator ulung, well..rumusnya simple
what-so what-now what
sekali lagi, karena bahasa spoken dalam writing somehow berhubungan, dalam menulis kita dapat menggunakan format yang sama.
kita dapat menulis (khususnya untuk menulis skripsi, desertasi, ta, atau article dengan format what-so what - now what)
berawal dari melihat pola article tier 1 (rank 1-di management) author kebanyakan mengunakan pola tersebut, what - menjelaskan apa yang akan dibahas, ide pokok dalam sebuah paragaraf.
so what merujuk pada elaborasi what, pada elaborasi ini, kita bisa memberikan beebrapa kalimat, baik kalimat yang ingin mejelaskan ide pokok atau melanjutkan kalimat sebelumnya. tergantung peneliti.
now what adalah kalimat penutup, yang menuntun pembaca untuk meanjutka apa yang ingin kita bahas dari pararaf tersebut, plus mengarahkan pada pargraf selanjutnya
selamat mencoba
setiap menulis, saya selalu mengalami kendala. namanya juga belajar, dari mengalami tantangan, mental block, mood swing, depletion, distraction, semua harus dihadapi. namun, baru baru ini ada info menarik mengenai bagaimana menulis agar terarah, karena pada dasarnya menulis memiliki pola yang sama dengan bahasa bicara maka jika kita mbunded dalam bicara, menulis ikutan mbunded, aish..susah pula itu
Matt Abrahams, profeessor business dari stanford (kayaknya) menjelaskan bagaimana agar kita jadi komunikator ulung, well..rumusnya simple
what-so what-now what
sekali lagi, karena bahasa spoken dalam writing somehow berhubungan, dalam menulis kita dapat menggunakan format yang sama.
kita dapat menulis (khususnya untuk menulis skripsi, desertasi, ta, atau article dengan format what-so what - now what)
berawal dari melihat pola article tier 1 (rank 1-di management) author kebanyakan mengunakan pola tersebut, what - menjelaskan apa yang akan dibahas, ide pokok dalam sebuah paragaraf.
so what merujuk pada elaborasi what, pada elaborasi ini, kita bisa memberikan beebrapa kalimat, baik kalimat yang ingin mejelaskan ide pokok atau melanjutkan kalimat sebelumnya. tergantung peneliti.
now what adalah kalimat penutup, yang menuntun pembaca untuk meanjutka apa yang ingin kita bahas dari pararaf tersebut, plus mengarahkan pada pargraf selanjutnya
selamat mencoba
Comments
Post a Comment