Di hari-hari terakhir bersama Puron, saya belajar bahwa mencintai tidak selalu berarti mempertahankan. Kadang, mencintai justru berarti menemani, mengamati dengan tenang, dan menerima bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah.
Puron sudah sering bolak-balik ke dokter hewan. Tubuhnya lelah, dan saya bisa melihat itu dari caranya beristirahat lebih lama, napas yang tidak selega biasanya, serta tatapan yang semakin lembut. Ia tidak mengeluh. Ia hanya diam, seolah ingin bilang bahwa dirinya sedang berjuang dengan caranya sendiri.
Saya berhenti berharap pada keajaiban besar. Harapan saya menyempit menjadi hal-hal sederhana: Puron mau makan hari ini, Puron bisa tidur dengan nyaman, Puron tidak kesakitan.
Perutnya masih membesar karena cairan, sementara tubuhnya semakin ringan ketika digendong. Kontras itu menyadarkan saya bahwa hidup tidak selalu berjalan seimbang. Ada bagian yang berat, ada bagian yang melemah, dan semuanya terjadi di tubuh kecil yang sama.
Di fase ini, saya lebih banyak duduk di dekatnya. Tidak selalu menyentuh. Kadang cukup berada di ruangan yang sama. Saya belajar bahwa kehadiran tidak harus ribut. Diam pun bisa jadi bentuk kasih sayang.
Puron masih merespons suara. Masih membuka mata ketika saya memanggil namanya. Itu momen-momen kecil yang terasa sangat berharga. Bukan karena saya berharap ia akan pulih, tapi karena saya tahu, waktu kami tidak banyak.
Ada rasa bersalah yang sempat muncul. Apakah saya sudah melakukan cukup? Apakah keputusan yang saya ambil sudah tepat? Tapi perlahan saya mengerti, bahwa merawat dengan niat baik dan penuh perhatian adalah bentuk tanggung jawab yang tidak bisa diukur dari hasil akhir.
Saat kondisinya semakin lemah, saya memilih untuk tidak memaksakan apa pun. Tidak memaksa makan. Tidak memaksa bangun. Tidak memaksa bertahan. Saya hanya memastikan Puron hangat, tenang, dan tidak sendirian.
Di situlah saya belajar arti ikhlas yang paling nyata. Ikhlas bukan berarti tidak sedih. Ikhlas adalah tetap mencintai meski tahu harus melepas.
Puron mungkin tidak hidup lama, tapi ia hidup dengan dirawat, diperhatikan, dan dihormati. Dan bagi saya, itu adalah akhir yang layak untuk seekor kucing yang sudah berjuang dengan tubuhnya sendiri.
Terima kasih, Puron. Untuk pelajaran tentang sabar, menerima, dan mencintai tanpa syarat.
No comments:
Post a Comment