Rumah saya penuh dengan 40 kucing liar, masing-masing datang dengan cerita dan karakter yang berbeda. Memberi makan mereka setiap hari bukan sekadar menuangkan piring makanan—ini lebih seperti mengatur sebuah orkestra kecil yang penuh warna.
Setiap pagi, saya mulai menyiapkan makanan. Ada dry food yang tersedia sepanjang hari, ada wet food untuk menambah variasi dan hidrasi, terutama bagi kucing senior. Tidak cukup menaruh semua di satu tempat. Kucing-kucing pemalu atau yang biasanya kalah saing butuh titik makan sendiri agar bisa makan dengan tenang. Jadi saya menyiapkan 5–6 titik makan di seluruh rumah.
Memberi makan satu per satu tidak mungkin. Saya menaruh porsi sesuai ukuran dan kebutuhan masing-masing. Kucing besar atau aktif mendapatkan lebih banyak, kucing kecil dan senior porsi lebih sedikit. Selama jam makan, saya mengamati beberapa kucing yang biasanya kalah saing, memastikan mereka tidak ketinggalan makanan. Kadang ada yang agresif, kadang yang pemalu, sehingga saya harus tetap waspada agar tidak ada pertengkaran.
Ritme memberi makan selalu konsisten. Setiap kucing belajar bahwa jam tertentu adalah waktu makan. Tidak semua kucing mau langsung mendekat, tapi lama-kelamaan mereka mulai menyesuaikan diri. Beberapa kucing yang awalnya takut atau enggan makan di depan orang, kini bisa makan tanpa terganggu.
Seiring waktu, saya belajar banyak dari rutinitas ini. Kesabaran menjadi hal utama. Observasi rutin penting untuk mengetahui jika ada yang malas makan atau sakit. Fleksibilitas juga sangat dibutuhkan: kadang saya harus mengubah posisi titik makan, menyesuaikan porsi, atau menunggu kucing pemalu untuk mendekat.
Memberi makan 40 kucing liar memang menantang. Tapi melihat mereka semua mendapatkan makanan yang cukup, bergerak, dan berinteraksi sesuai karakter masing-masing, menjadi bukti nyata bahwa perhatian dan pengaturan yang tepat bisa membuat rumah penuh kucing tetap berjalan lancar.
No comments:
Post a Comment